Category Archives: Economy

BBM, BOM, PUASA : MAAF!

Bom meledak lagi di Bali. Darah pun mengalir lagi. Padahal rasa terkejut ini belum lagi habis atas kenaikan BBM yang ‘menggila’! Adakah hubungannya antara keduanya; BBM dan Bom? Aku yakin pasti tak ada. Tapi, ada saja yang usil; salah-satu media di Jakarta membuat Headline : BBM = Bom Bali Meledak! (Gila! Ini serius bung, kok dibecandain gitu?)
Media massa di negeri ini memang punya karakter yang rasanya sulit untuk dipahami (aku akan tulis sendiri di bagian yang lain) dibanding memahami keberpihakan media Barat kepada hal-hal yang berbau non-Islam.
Kembali ke masalah Bom Bali dan BBM. Siapa pun pasti tak setuju dengan Bom di Bali kemarin, dan tentu juga tidak setuju dengan kenaikan BBM yang melambung itu. Bom tentu mampu mencabut nyawa seseorang, bahkan banyak orang. Kenaikan BBM, meski dana subsidinya dialihkan untuk membantu banyak orang miskin, tapi tak bisa disangkal akan mampu juga mencekik kalangan menengah.
Kalangan menengah adalah yang paling menderita kalau begini. Sudah tak dapat pembagian dana subsidi, karena tidak termasuk orang miskin, tapi harus menanggung kenaikan harga di mana-mana – mulai dari ongkos kendaraan umum sampai barang-barang kebutuhan sehari-hari – sementara gaji tidak naik-naik.
Apalagi Bom Bali II ini membuat dolar bergejolak lagi. Harga-harga pun akan bergerak bukan lagi hanya karena kenaikan BBM, tapi gara-gara ketidakstabilan ekonomi akibat Bom itu. Tambahan lagi, bulan puasa menjelang. Kebutuhan orang pun akan meningkat. Artinya, demand pun naik, sementara supply bisa jadi akan berkurang – akibat kenaikan BBM yang melambungkan ongkos-ongkos transportasi. Dengan kata lain, makin terjepitlah kita yang berada di golongan menengah ini.
Haruskah kita memiskinkan diri agar dapat aliran dana limpahan subsidi BBM? Aku juga ingat hikayat-hikayat zaman kerajaan dulu yang katanya raja-rajanya harus menyamar jadi orang miskin juga untuk bisa keliling di kampung2 orang miskin untuk tahu kondisi mereka. Nah, kalau kita harus menyamar jadi orang miskin rasanya bukan untuk mengetahui bagaimana nasib orang miskin, tapi untuk mendapatkan jatah orang miskin. He he he … lucu juga ya … tiba-tiba kita ingin jadi orang miskin kalo begini situasinya?
Namun, program bagi-bagi uang ke mereka yang masih tergolong miskin pun masih kita perlu pertanyakan. Tepatkah program itu? Bukankah itu sama saja dengan memberi ikan, bukan pancing?
Beberapa malam lalu saat aku naik taksi (berkat voucher dari kantor, bukan karena bayar sendiri), aku sempat ngobrol ngalor-ngidul dengan supir taksi. Dia bercerita bahwa program itu sudah diselewengkan di beberapa wilayah Jakarta. Beberapa ketua RW yang males mendata warga2 miskinnya dengan enaknya mendaftarkan diri kenalan2nya untuk jadi orang miskin agar dana yang ada di tangannya bisa disalurkan. Tapi, dengan catatan ia juga harus dapat bagian paling gak 10%. Gila ‘kan?
Hayo-hayo … siapa mau jadi orang miskin??? Edan tenan!
Dan beberapa hari sebelum pengumuman kenaikan BBM, kita kalangan menengah ini – yang notabene pasti punya HP – dikirimi pula SMS dari Depkominfo (ini akan jadi preseden utk masa-masa mendatang) tentang kenapa harga BBM harus naik. Ingin rasanya aku membalas SMS itu dengan kalimat begini : “Terus, apa dengan begitu persoalan orang miskin akan selesai? Terus, siapa yang bantu kami – orang yang tidak miskin tapi juga tidak kaya ini hah??? Siapa yang bisa bantu????”
Sayangnya SMS itu diprogram untuk tidak bisa menerima balasan. Dan aku khawatir untuk program-program pemerintah lainnya maka Depkominfo akan ‘bermain kata-kata’ lagi di HP kita. Siap-siap aja!
Dan, sekarang aku pun mengerti kenapa SBY memaksakan kenaikan BBM ini menjelang puasa. Mungkin kita semua sudah tahu. Karena : orang yang berpuasa itu akan mampu menahan rasa lapar, haus dan emosi, termasuk emosi terhadap kenaikan harga-harga barang dan ongkos-ongkos transport yang mengikuti jejak kenaikan harga BBM.
Dan Tim SBY pun akan dengan enteng akan bilang: sehubungan dengan bulan puasa ini kami mohon maaf bila ada kesalahan yang telah kami perbuat … Hebat ‘kan? Dan pada saat Idul Fitri nanti akan ada lagi pernyataan seperti ini : kemenangan telah kita raih atas segala rintangan hidup selama bulan puasa, termasuk mengatasi kenaikan harga-harga … Mohon Maaf Lahir Bathin!
Percaya atau tidak, tapi penasehat SBY perlu diacungi jempol untuk memilih momen yang sangat tepat ini. Tapi, jangan-jangan yang punya rencana Bom di Bali juga punya hitung2an yang sama : menjelang puasa adalah saat orang minta maaf untuk membersihkan diri. Jadi, mereka melakukan teror dulu, lalu kalau tertangkap mereka akan minta maaf, mumpung bulan puasa. Wallahualam!
Yang jelas, aku mau minta maaf kepada rekan2 yang kenal aku sejak lama atau baru kenal di FS ini jelang Ramadhan ini. Ini permohonan maaf yang tulus, tidak diembel-embeli apa pun. Suwer! Maafin yaaaa …